Critical Thinking in Transcultural Nursing
Berpikir kritis adalah suatu kegiatan penyelidikan yang melibatkan penggunaan fakta-fakta, prinsip-prinsip, teori, abstrak, deduksi, interprestasi, dan analisis argumen (mathews, 1979). Berpikir kritis adalah pemikiran reflektif dan beralasan yang berfokus pada penutusan apa yang diyakini atau dikerjakan (Ennis, 1988).
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Jadi, berpikir kritis dalam transkultural keperawatan merupakan suatu kegiatan penyelidikan, pemecahan masalah, proses berpikir, yang mana terdapat tujuan yang jelas, abstrak, sesuai dengan teori, realistis, dapat diyakini, dan semuanya ini berhubungan langsung dengan kebudayaan-kebudayaan masyarakat seperti menghargai kebudayaan mereka, melakukan tindakan keperawat yang tepat sesuai dengan teori dan kepercayaan serta nilai budaya dan tentunya tidak melenceng dari dunia keperawatan, bagaimana perawat profesional dapat memecahkan suatu masalah dalam persoalan keperawatan terhadap klien-klien yang berbeda budaya, kemudian bagaimana perawat dapat beradaptasi dengan baik terhadap klien agar dalam pelayanan keperawatan maupun kesehatan tidak terjadi ketidaknyamanan dari diri klien maupun perawat.
Berpikir kritis dalam transkultural keperawatan merupakan hal penting. Seperti contoh misalnya seorang perawat dihadapkan dengan seorang klien atau pasien yang berbeda budaya, maka perawat yang profesional tetap harus mampu memberikan pelayanan yang tinggi untuk memenui kebutuhan dasar pasien tersebut. Berpikir kritis diperlukan untuk menangani hal ini agar terdapat kenyamanan dalam meberi pelayanan dan bagi pasien tersendiri merasa nyaman ketika diberi pelayanan. Berpikir kritis dan segera bertindak ketika pasien merasakan sesutu yang tidak nyaman akan dilakukan oleh perawat profesional yang begitu paham dengan budaya-budaya yang ada. Inilah pentingnya transkultural keperawatan yang mana para perawat diharapkan memahami budaya-budaya di negara ini maupun negara lain agar siap ketika menghadapi persoalan kebudayaan. Paham terhadap budaya-budaya tetapi tidak dapat berpikir secara kritis dalam menghadapi masalah itu tidaklah baik bagi pelayanan. Ketika para perawat telah memahami budaya-budaya dan dapat berpikir kritis serta bertindak tepat dan cepat, maka inilah yang akan melengkapi tingginyua suatu layanan ke masyarakat nantinya.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Disinilah perawat harus berpikir dan bertindak tepat agar tidak terjadi cultural shock.
Seperti contoh berikut, cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Agar tidak terjadi penurunan pelayanan terhadap masyarakat dan masyarakat tetap percaya dengan pelayanan kesehatan, maka perawat harus mampu memahami budaya masyarakat yang ada, mampu beradaptasi dengan baik, mampu berpikir secara kritis dan bertindak tepat.
Aspek-aspek dalam berfikir kritis
Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan. Namun, beberapa aktifitas kognitif atau mental dapat diidentifikasi sebagai komponen-komponen utama dalam berfikir kritis.
 Mengajukan sebuah pertanyaan untuk menentukan alasan dan penyebab
 Mengumpulkan data
 Memvalidasi informasi yang tersedia
 Menganalisa informasi
 Menggunakan pengalaman dan pengetahuan klinis yang lalu
 Mempertahankan suatu sikap fleksibel
 Mempertimbangkan pilihan yang tersedia dan menilai tiap pilihan menurut keuntungan dan kerugian
 Merumuskan suatu keputusan.
Perawat harus menggunakan keterampilan berfikir kritis dalam semua keadaan:
 Perawatan klinis, faktor-faktor yang dibawa oleh pasien dalam situasi perawatan kesehatan dipertimbangkan, dipelajari, dianalisa, dan diinterpretasikan.
 Ambulatori
 Perawatan extended dalam panti dan komunitas

date Selasa, 13 Juli 2010

1. Konsep Dasar Transkultural Keperawatan
Teori leininger berasal dari ilmu antropologi, tapi konsep ini relevan untuk keperawatan. Leininger mendefinisikan “Transkultural nursing” sebagai area yang luas dalam keperawatan yang mana berfokus dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan.
Aplikasiteori dalam transkultural dalam keperawatan diharapkan adanya kesadaran dan apresiasi terhadap perbeaan kultur. Hal ini berarti perawat yang professional memiliki pengetahuan dan praktek yang berdasarkan kultur secara konsep petencanaan dan untuk praktik keperawatn. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh kelompok laen. Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma – norma yang diyakini dan dilakukan hamper semua kultur seperti budaya minum the dapat membuat tubuh sehat (leininger, 2002).
Leininger mengembangkan dteorinya dari perbadaan kultur dan universal berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi sumber informasi dan menentuan jenis perawatan yang diinginkan dari pemberian peleyanan yang professional, karena kultur adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan. Culture care adalah teori yang holistic karena meletakan di dalam nya ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk social struktur, pandangan dunia, nilai cultural, konteks lingkungan, ekspresi bahasa dan etnik serta system professional.
Konsep dalam Transcultural Nursing

1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.

2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan
atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.

3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang
optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan
variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan
termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap
bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki
oleh orang lain.

5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.

6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia

7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi
pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling
memberikan timbal balik diantara keduanya.

8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan
yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.

10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.

11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada
kelompok lain.

date

Mengenai Saya

Foto saya
Aku itu agak gimanaaaa gtu.... :D tebak aja ndere :p D LuV A ^_^